Kamis, 22 September 2011

KEMAUAN DAN KEYAKINAN

Diposting oleh Muhammad Zainuddin

ZAINOTES. Bersyukurlah kalian atas apa yang telah diberikan Allah SWT kepada kalian . Karena tidak setiap orang dapat merasakan nikmat memiliki kelengkapan tubuh seperti kalian . Namun ingatlah , besok , lusa atau satu detik dari sekarang Allah SWT dapat mencabut salah satu nikmat itu . Oleh karena itu , gunakanlah nikmat tersebut untuk hal – hal yang bermanfaat , tentunya untuk kebaikan terhadap sesama . Tapi , janganlah kalian berputus asa atas apa yang telah di berikan Allah SWT kepada kalian , karena yang pasti Allah maha tahu apa yang terbaik untuk kita . ?

Pada cerita kali ini saya terinspirasi dari saudara kita yang kurang beruntung , namun saya sangat kagum kepada mereka . Karena belum tentu kita yang sempurna ini dapat melakukan hal seperti apa yang mereka lakukan . Cobalah renungi sejenak , apabila satu hari saja kedua mata kita ini ditutup , begitu banyak hal yang mudah dilakukan akan terasa sangat sulit . Contohnya , Bagaimana kita bisa membaca jika kita tidak melihat tulisan ? Bagaimana kita bisa berjalan ke suatu tempat jika kita tidak bisa melihat jalan ? Dan masih banyak bagaimana – bagaimana lainnya jika saya jabarkan satu persatu yang biasa mudah kita lakukan akan terasa sulit . Dan cobalah renungkan sekali lagi , Jika kita tidak dapat melihat seumur hidup kita , apa yang akan kita lakukan ? Kebanyakan orang yang mengalami ini akan putus asa dan mengambil jalan pintas saja seperti bunuh diri . Naudzubillahiminzalik .

Namun saya sungguh kagum kepada saudara – saudara kita yang sejak lahir tidak dapat melihat indahnya dunia ini . Berbeda dengan kita , Kita yang di anugerahi kesempurnaan oleh Allah SWT , bisa melihat dan merasakan indahnya dunia ini . Kita bisa melihat Matahari , Bulan , Pantai , Danau , Gunung , Pohon – pohon yang menjulang tinggi , wajah yang tampan , wajah yang cantik , dan banyak sekali ciptaan – ciptaan Allah SWT yang takkan pernah habis jika kita berfikir . Tapi sangat disayangkan , nikmat yang Allah berikan kepada kita terkadang lebih banyak dilakukan untuk hal – hal yang tidak bermanfaat dan menjurus kemaksiatan . Namun disinilah Allah SWT memberikan nilai positif kepada saudara kita itu . Allah SWT tidak ingin jika orang – orang tersebut melihat hal – hal yang tidak bermanfaat dan akan di siksa di hari akhir nanti . Namun bukan hal itu yang akan saya sampaikan pada cerita saya kali ini .

Saudara kita itu sudah terbiasa berjalan kesuatu tempat tanpa harus tersesat dan dapat pulang kembali kerumahnya walaupun ia tidak melihat . Padahal banyak sekali hal – hal yang akan menghalanginya untuk dapat sampai ketempat tujuan . Seperti , jatuh ke suatu lubang , tersandung batu , membentur tembok , menabrak pagar , bahkan hal yang dapat mecelakan dirinya . Namun semua itu tidak menjadi halangan baginya . Mengapa demikian ? Kita bisa mengambil nilai positif dari cerita diatas .

Dalam hidup ini , kita selalu ditakutkan oleh sesuatu yang belum terjadi . Kita bisa mengibaratkan mimpi kita adalah tempat yang di tuju saudara kita . Dan rintangan yang akan menghalangi saudara kita untuk sampai ketempat tujuaannya adalah tantangan untuk mewujudkan mimpi kita . Kemauan untuk mewujudkan mimpi kita belum cukup jika tidak adanya keyakinan dalam mengarunginya . Adanya kemauan dari dalam diri adalah modal utama untuk mewujudkan mimpi kita . Kemauan dari dalam diri akan terwujud jika kita benar – benar menjalani dan merencanakannya dengan matang . Sehingga kita bisa dengan mudah mewujudkan mimpi kita . Sedangkan keyakinan adalah motivasi dari dalam diri kita bahwa kita akan menggapai mimpi kita .

Walaupun banyak sekali rintangan untuk mendapatkannya . Layaknya saudara kita tadi saat berjalan menuju suatu tempat , ia bisa saja tersesat , jatuh , bahkan mencelakakan dirinya . Namun walaupun begitu ia tetap yakin dan tegar , bahwa ia pasti dapat mencapai tempat tersebut . Begitu pula hidup ini , walaupun gagal ada di depan mata kita . Dengan keyakinan kita bisa meraih mimpi kita . Yakinlah Allah selalu bersama kita , Sehingga tidak ada rasa tiakut dalam diri kita . Yakinlah bahwa Allah akan menolong kita , dan akan mengulurkan tangan-Nya jika kita terjatuh .

Walaupun kita gagal menggapainya , ingatlah bahwa kita hanya terjatuh . Kita bisa bangkit kembali dan terus berjalan menuju mimpi kita . ?

Wallahu a'lam.
Semoga ada hikmahnya.
Cari dan teruslah mencari cinta Ilahi
Salam ukhwah fillah selalu.

Oleh: Muhamad Irfan.
Baca Selengkapnya

JALAN MENUJU KESUKSESAN

Diposting oleh Muhammad Zainuddin

ZAINOTES. Pada suatu kala, seorang pria sedang berjalan di sebuah tempat untuk mencari harta karun. Sampai akhirnya, tibalah ia di sebuah jalan bercabang tiga. Kebetulan ada orang tua yang sedang berdiri di pinggir persimpangan jalan tersebut.

Pria itu sedang bingung karena ada tiga jalan menuju arah yang berbeda. Ia pun sulit memutuskan mau memilih jalan yang ingin ditempuh. Lalu ia bertanya pada orang tua tersebut, “Hai, pak tua. Bolehkah saya bertanya? Saya sedang dalam perjalanan mencari harta karun. Tapi di depan saya ada tiga jalan yang berbeda. Bolehkah bapak menunjukkan kepada saya jalan yang benar?”

Orang tua itu tidak menjawab. Ia hanya menunjuk jalan yang pertama.

Pria itu berterima kasih dan segera mengambil jalan yang pertama.

Beberapa saat kemudian, pria yang tadi kembali lagi. Tapi kali ini seluruh badannya kotor terkena lumpur. Ia mendekati pak tua itu dan berkata, “Hai, pak tua. Tadi saya tanya arah ke tempat harta karun dan Anda menunjuk ke jalan pertama. Tapi saya malah terjebak ke dalam kolam lumpur yang luas. Badan saya jadi kotor begini.” Ia lalu bertanya, “Sekarang di mana jalan menuju harta karun? Tolong tunjukkan pada saya!”

Orang tua itu tetap tidak bersuara. Ia kemudian menunjuk ke jalan yang ke dua.

Pria itu kemudian berterima kasih dan segera mengambil jalan yang kedua.

Beberapa saat kemudian, pria tersebut kembali lagi. Badannya bukan hanya terkena lumpur pekat, tapi juga celananya penuh dengan sobekan dan kakinya luka seperti tergores sesuatu.

Kali ini ia mendekati pria tua itu dengan ekspresi wajah yang kesal.Ia berkata dengan sedikit marah, “Hai, pak tua! Tadi saya menanyakan arah menuju tempat harta karun dan Anda menunjuk ke jalan yang kedua. Tapi, jalan itu penuh dengan semak berduri. Seluruh kaki saya jadi terluka karena tergores duri.”

Kali ini ia bertanya lagi, “Sekarang saya tanya sekali lagi, di mana jalan menuju harta karun itu? Anda sudah dua kali membohongi dan mencelakai saya. Sekali lagi berbohong, Anda akan tahu akibatnya.”

Pria tua itu tetap diam, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Ia sekarang menunjuk ke jalan yang ke tiga.

“Apakah Anda yakin dan tidak berbohong?” tanya pria itu.

Pria tua itu menganggukkan kepalanya dan sekali lagi menunjuk ke jalan yang ketiga.

Pria itu pun segera pergi meninggalkan pria tua tersebut. Namun beberapa saat kemudian, ia kembali lagi sambil berlari seperti ketakutan. Dengan napas tersengal, ia bertanya dengan marah, “Hai, pak tua! Apakah Anda mau membunuh saya? Di jalan sana ada banyak sekali binatang buas. Itu sama saja dengan cari mati.”

Pria tua itu akhirnya buka mulut, berkata, “Semua jalan tadi sebenarnya bisa menuju ke tempat harta karun. Hanya saja untuk menuju ke sana, Anda harus melewati jalan tersebut. Anda bisa memilih melewati kolam lumpur, semak berduri, atau binatang buas. Anda bisa pilih salah satu. Kalau benar-benar mau pergi ke tempat harta karun, Anda harus berani melewati salah satunya. Jika Anda tidak mau, silakan kembali saja.”

Begitu mendegar penjelasan dari pria tua itu, ia menundukkan kepala. Ia mundur, membatalkan perjalanannya dan kembali pulang…

Pesan kepada pembaca:

Saya yakin semua orang dengan semangat akan menjawab “Ya” saat ditanya apakah mereka ingin meraih kesuksesan. Namun sebagian besar tidak berani menjawab saat ditanya apakah mereka bersedia membayar harganya. Kenyataan yang sering terjadi adalah banyak sekali orang yang tidak bersedia menempuh jalan kesuksesan yang terlihat sangat berat. Mereka hanya ingin langsung sampai di garis finis, tapi tidak pernah mau melangkahkan kakinya untuk mencapai garis finis tersebut.

Salah satu tantangan berat yang harus Anda hadapi saat berjuang meraih kesuksesan adalah mendorong diri Anda untuk maju meskipun jalan yang sedang Anda tempuh sangat berat, berliku, dan penuh rintangan. Tantangan inilah yang seringkali membuat nyali seseorang menjadi ciut. Tantangan inilah yang akhirnya menyebabkan banyak orang tidak berani membayar harga dari sebuah kesuksesan. Mereka tidak siap untuk membayar dan lebih memilih melupakan kesuksesan yang ingin mereka raih.

Tidak peduli apa pun tujuan yang ingin Anda capai, rintangan tetap akan ada dan tidak akan hilang. Di mana ada kesuksesan, di situ ada rintangan yang menghalanginya. Hanya orang-orang sukses yang berani menghadapi rintangan demi rintangan sampai akhirnya meraih tujuan. Sebaliknya orang gagal lebih memilih untuk menyerah. Dan yang lebih menyedihkan, mereka bahkan tidak berani mencoba saat melihat betapa beratnya perjalanan yang harus dilalui. Mental mereka sudah dikalahkan jauh sebelum mereka memulai.

Rintangan akan selalu berdiri di depan kesuksesan. Anda harus berani melewatinya sebelum berhasil mendapatkan kesuksesan. Ada dua pilihan, mengeluh dan menyalahkan rintangan itu atau mendorong diri Anda untuk mengalahkan rintangan tersebut. Anda boleh menyalahkan rintangan yang kelihatannya selalu menghadang Anda. Tapi cobalah pikirkan, apakah rintangan itu akan hilang dengan cara menumpahkan kekesalan Anda?

Wallahu a'lam.
Semoga ada hikmahnya.
Cari dan teruslah mencari cinta Ilahi
Salam ukhwah fillah selalu.

Oleh: Suhardi.
Baca Selengkapnya

BERBAKTILAH SELAGI MASIH ADA

Diposting oleh Muhammad Zainuddin

ZAINOTES. 20 tahun lalu, Ibu sedang sakit payah. Sekejap lagi, sebelum azan asar berkumandang, ibu memanggil emaknya, berpesan agar emaknya dan ayah menolong menjaga anak-anaknya yang sedang tidur di depan mata. Selesai ibu minta ampun dari mak, berkirim salam untuk suami tercinta, ibu letakkan kedua tangannya di atas perut, lalu mengucapkan kalimah syahadah sebelum menutup mata buat selama-lamanya dengan kepergian yang diiringi azan.
***

Kau beritahu aku kenapa aku tak boleh merinduinya sedangkan malam itu aku melihat sendiri ibu terbujur kaku, diyasinkan, dimandikan, dikafankan, disholatkan, dan ditanamkan keesokan harinya dengan iringan tangisan?


Abang yang sungguh-sungguh maukan kafan ibu dibuka supaya ibu akan bangun dan hidup lagi, mengampunkan dosa-dosanya, berjanji taat dan tidak melawan kata-kata ibu dan akan menolong ibu mencuci piring, menjemur pakaian dan menjaga adik-adik setiap kali pulang dari sekolah. Aku tak terfikir ibu tak akan kembali. Benar aku tahu ibu sudah mati, tetapi apalah yang mampu aku panjangkan lagi fikiran ini sebagai kanak-kanak perempuan 5 tahun ketika itu?

Hanya setelah menginjak ke alam remaja baru aku sadar ibu memang sudah tidak ada lagi dalam dunia ini untuk diajak bersama bersuka ria mendapat kelulusan dalam ujian, sakit perih hidup sendiri tanpa bimbingan dan perhatian dan limpahan kasih ibu tersayang. Tapi tangisan ini sudah sangat terlewat. Ibu sudah pergi. Ibu tak akan kembali lagi ke dunia ini. Dan entah bila kami sekeluarga akan berjumpa, memang aku sadar impian ini selama-lamanya tak akan pernah berlaku.

Ya Allah, Kau ampunkanlah dosa ibuku. Cinta mendalam terhadap bunda hanya bisa dimengertikan dalam jiwa insan setelah dia dipanggilNya..lara hati usah dibicara, do’a untuknya harus senantiasa dilidah agar bunda tersenyum dikamar abadi merasakan betapa kasih anak-anak terhadapnya meskipun telah pergi…
***

Selagi Ibu ada… jangan sia-siakan masa yang ada. Karena menangis di pintu kubur adalah masa yang telah terlewat.

Wallahu a'lam.
Semoga ada manfaatnya.
Cari dan teruslah mencari cinta Ilahi.
Salam ukhwah fillah selalu.

Sumber: Mutiara Amaly
Baca Selengkapnya

CARA MENGAMBIL LANGKAH PETAMA

Diposting oleh Muhammad Zainuddin

ZAINOTES. Semua orang memiliki kekuatannya masing-masing, tapi apakah semua orang menyadarinya? Tidak.

Semua orang punya mimpi, tapi apakah semua orang sudah berusaha mewujudkannya? Tidak.
Semua orang ingin sukses, tapi apakah semua orang sudah mencoba untuk melangkah menuju ke sana? Tidak

Tidak ada orang yang menyangka Gunung Everest mampu didaki sampai Edmund Hillary melakukannya.
Tidak ada orang yang menyangka manusia bisa terbang sampai Orville dan Wilbur Wright menemukan alat yang disebut pesawat.

Dan Briptu Norman tidak akan terkenal seperti sekarang apabila ia tidak mem-posting videonya di Youtube. Semua itu berawal dari mimpi.

Apakah faktor yang paling sering menghalangi seseorang untuk meraih mimpinya? Mengambil langkah pertama. Begitu beratnya mengambil langkah pertama sampai-sampai mereka membuat mental block dengan membatasi sendiri kemampuannya.

Pernyataan seperti:
1. Aku menunggu saat yang tepat untuk mulai melangkah.
2. Aku menunggu sampai aku sudah memiliki skill yang baik.
3. Aku tidak tahu harus mulai dari mana.
4. Aku tidak akan mampu, itu terlalu sulit untukku.
Adalah contoh-contoh pernyataan yang menghalangi seseorang dalam melangkah. Padahal faktanya adalah:
1. Waktu tidak akan pernah tepat karena apabila kamu membiasakan diri untuk selalu menunggu, kamu akan selalu menemukan alasan yang menghalangi kamu untuk melangkah.
2. Skill yang baik didapat justru dapat kita pelajari lebih banyak saat kita melangkah. Seperti kata pepatah, experience is the best teacher. Apakah kamu bisa pintar bermain alat musik hanya dengan membaca buku? Tidak, kan?
3. Kamu bisa mulai melangkah dengan mencari informasi, melakukan riset dan kemudian mulai menyusun rencana. Ya, langkah terbaik untuk memulai sesuatu adalah merencanakan dan mulai melakukan rencana itu satu per satu. Don’t be confused!
4. Anggapan ‘aku tidak mampu’ adalah mental block yang harus kamu singkirkan karena berpikir tentang kegagalan akan SANGAT membatasi kreativitasmu. Satu hal yang kamu harus sadari adalah semua orang yang melakukan sesuatu untuk pertama kali pasti akan kesulitan. Tetapi dari kesulitan itulah kamu dapat belajar banyak. Orang yang kesulitan tapi berjuang untuk mengatasinya akan menjadi orang yang kreatif.
Kesimpulan dari 4 poin di atas adalah, kamu harus mulai melangkah sekarang. Jangan malah terjebak dalam mimpimu sendiri. Bagaimana cara untuk mengambil langkah pertama untuk menggapai mimpimu?
1. Buatlah rencana dan persiapan untuk menggapai mimpimu
Perencanaan dan persiapan yang baik akan sangat membantu perjalananmu. Apakah kamu mampu mendaki gunung Everest hanya dengan membawa sepotong roti? By failing to prepare, you’re preparing to fail.
2. Lakukan sekarang
Take one step at a time. Walaupun mimpimu sangat besar, lebih baik kamu mewujudkan hal-hal yang kecil terlebih dahulu supaya kamu tidak kewalahan. Karena ini adalah pengalaman pertamamu, kamu pasti akan menemukan banyak kesulitan dan melakukan kesalahan. Belajarlah dari kesalahanmu itu.
3. Lakukan dengan benar
Setelah kamu mempelajari kesalahanmu, maka kamu harus memperbaikinya dengan melakukannya dengan benar.
4. Lakukan dengan lebih baik lagi
Ketika kamu mampu melakukan dengan benar, maka langkah berikutnya adalah meningkatkan kualitas dan berinovasi untuk membuat sesuatu yang lebih baik.
Apabila kamu sudah melakukan ke-4 hal di atas, maka kamu baru saja mengambil langkah pertama, langkah selanjutnya pasti akan lebih mudah dan kamu-pun sudah berada di jalur yang tepat menuju kesuksesan. Ingat! Do it first, do it right, do it better.

Wallahu a'lam.
Semoga ada hikmahnya.
Cari dan teruslah mencari cinta Ilahi.
Salam ukhwah fillah selalu ^_^
Sumber : http://www.thibbunnabawiyah.com/pages/Cara-Mengambil-Langkah-Pertama.html
Baca Selengkapnya

Jumat, 16 September 2011

JANGAN KHAWATIRKAN RIZKIMU

Diposting oleh Muhammad Zainuddin

ZAINOTES. Menurut riset, sebagian besar waktu manusia tersita dengan persoalan harta. Sejak bangun tidur sampai menjelang tidur, manusia selalu mempersoalkan harta. Bahkan, mimpinya pun kerap dihiasi persoalan harta. Tak heran, hatinya gelisah manakala ia tidak berharta dan berlaku angkuh manakala ia berpunya. Padahal, kaya belum tentu mulia dan miskin belum tentu terhina, sebagaimana yang pernah saya tulis sebelumnya.

Saya hanya ingin berkisah kepada Anda.

Abu Manshur as-Samarqandi berkata, ‘Imam yang zuhud, Abu Abdullah, ingin meyakinkan dirinya tentang sebab-sebab mendapat rizki. Maka, ia pun mendaki gunung dan masuk ke sebuah gua. Ia bergumam sendiri, ‘Wahai Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku, bagaimana Engkau memberikan rizki kepadaku’. Tiba-tiba hujan lebat mengguyur dan menyebabkan jalan-jalan di gunung tidak terlihat. Namun, orang-orang lain yang ada di sekitar gunung itu pun menemukan gua tersebut. Mereka masuk ke gua itu dan melihat Abu Abdullah sedang meringkuk di dalamnya.

Mereka mengajaknya berbicara, namun ia tidak menyahut sepatah kata pun, sepertinya ia tidak menghiraukan pertanyaan mereka. Mereka berkata, ‘Mungkin orang ini kedinginan, sehingga ia tidak bisa berbicara’. Kemudian, mereka menyalakan api di mulut gua hingga hawa panasnya merasuk ke dalam gua. Mereka mengajak Abu Abdullah berbicara, namun tetap saja ia diam seribu bahasa. Mereka berkata lagi, ‘Mungkin orang ini telah lama tidak makan apapun. Karena itu, ia butuh makanan ringan yang panas, sehingga pencernaannya kembali normal’.

Lalu mereka memasakkan sesuatu untuk Abu Abdullah dan menyuguhkan makanan itu kepadanya. Namun, ia tetap tidak bergeming. Mereka berkata lagi, ‘Mungkin gigi-giginya telah rapat’. Lalu, dua orang dari mereka berdiri dan mengambil dua buah pisau untuk membuka mulutnya dan memasukkan makanan ke dalamnya.

Tiba-tiba, Abu Abdullah tertawa. Mereka pun heran dan berkata, ‘Kamu gila ya?’. Ia menjawab, ‘Tidak, saya bukan orang gila. Hanya saja, saya sedang membuktikan bahwa Tuhanku akan memberikan rizki kepadaku, ternyata benar. Tuhan telah memberikan rizki kepadaku dan akan memberikan rizki kepada semua hamba-Nya, di manapun mereka berada’.

Hatim al-Asham rahimahullah pernah ditanya, ‘Apa yang membuatmu kukuh dengan tawakal?’. Ia menjawab, ‘Ada empat hal yang membuatku selalu tawakal. Pertama, saya mengetahui bahwa rizkiku tidak akan dimakan orang lain, karena itu jiwaku tenang. Kedua, saya mengetahui bahwa pekerjaanku tidak akan dapat dilakukan oleh orang lain, karena itu saya sibuk dengan pekerjaanku. Ketiga, saya mengetahui bahwa kematian datang secara tiba-tiba, karena itu saya harus menyiapkan bekalnya. Keempat, saya mengetahui bahwa saya tidak akan luput dari pengawasan Allah di mana pun saya berada, karena itu saya merasa malu kepada-Nya’.

Ibnu Athaillah as-Sukandari dalam al-Hikam berkata, ‘Salah satu tanda akan suksesnya seseorang dalam akhir perjuangannya adalah menyerah pada Allah sejak awal perjuangannya’.

Anda masih tidak percaya bahwa Allah adalah ar-Razaq, Sang Pemberi Rizki? Lihatlah bagian atas uang dollar. Di situ tertulis, ‘In God We Trust’, yang artinya ‘Hanya Kepada Tuhan Kita Percaya’. Jadi, buat pemburu dollar (harta), percayalah bahwa Allah yang mengatur rizki. Biarlah Allah yang mengatur hidup kita. Jangan kita mengatur Diri-Nya.
Wallahu a'lam.
Semoga ada hikmahnya.
Cari dan teruslah mencari cinta Ilahi.
Salam ukhwah fillah selalu ^_^

Sumber: https://bangaziem.wordpress.com/2010/11/04/jangan-kuatirkan-rizkimu/
Baca Selengkapnya

IKHLASKANLAH SEMUANYA...

Diposting oleh Muhammad Zainuddin

ZAINOTES. Ini cerita tentang Anisa, seorang gadis kecil yang ceria berusia lima tahun. Pada suatu sore, Anisa menemani Ibunya berbelanja di suatu supermarket. Ketika sedang menunggu giliran membayar, Anisa melihat sebentuk kalung mutiara mungil berwarna putih berkilauan, tergantung dalam sebuah kotak berwarna pink yang sangat cantik. Kalung itu nampak begitu indah, sehingga Anisa sangat ingin memilikinya.

Tapi… Dia tahu, pasti Ibunya akan berkeberatan. Seperti biasanya, sebelum berangkat ke supermarket dia sudah berjanji : Tidak akan meminta apapun selain yang sudah disetujui untuk dibeli. Dan tadi Ibunya sudah menyetujui untuk membelikannya kaos kaki ber-renda yang cantik.

Namun karena kalung itu sangat indah, diberanikannya bertanya : “Ibu,bolehkah Anisa memiliki kalung ini ? Ibu boleh kembalikan kaos kaki yang tadi… ” Sang Bunda segera mengambil kotak kalung dari tangan Anisa.Dibaliknya tertera harga Rp 15,000. Dilihatnya mata
Anisa yang memandangnya dengan penuh harap dan cemas. Sebenarnya dia bisa saja langsung membelikan kalung itu, namun ia tak mau bersikap tidak konsisten…

“Oke … Anisa, kamu boleh memiliki kalung ini. Tapi kembalikan kaos kaki yang kau pilih tadi. Dan karena harga kalung ini lebih mahal dari kaos kaki itu, Ibu akan potong uang tabunganmu untuk minggu depan. Setuju ?” Anisa mengangguk lega, dan segera berlari riang mengembalikan kaos kaki ke raknya.”Terimakasih…, Ibu”

Anisa sangat menyukai dan menyayangi kalung mutiaranya. Menurutnya, kalungitu membuatnya nampak cantik dan dewasa. Dia merasa secantik Ibunya. Kalung itu tak pernah lepas dari lehernya, bahkan ketika tidur. Kalung itu hanya dilepasnya jika dia mandi atau berenang. Sebab, kata ibunya, jika basah, kalung itu akan rusak, dan membuat lehernya menjadi hijau…
Setiap malam sebelum tidur, Ayah Anisa akan membacakan cerita pengantar tidur. Pada suatu malam, ketika selesai membacakan sebuah cerita, Ayah bertanya “Anisa…, Anisa sayang ngga sama Ayah ?”
“Tentu dong… Ayah pasti tahu kalau Anisa sayang Ayah !”
“Kalau begitu, berikan kepada Ayah kalung mutiaramu…”
“Yah…, jangan dong Ayah ! Ayah boleh ambil “si Ratu” boneka kuda dari nenek… ! Itu kesayanganku juga”
“Ya sudahlah sayang,… ngga apa-apa !”
. Ayah mencium pipi Anisa sebelum keluar dari kamar Anisa.

Kira-kira seminggu berikutnya, setelah selesai membacakan cerita, Ayah bertanya lagi, “Anisa…, Anisa sayang nggak sih, sama Ayah >?”
“Ayah, Ayah tahu bukan kalau Anisa sayang sekali pada Ayah ?”.
“Kalau begitu, berikan pada Ayah kalung mutiaramu.”
“Jangan Ayah… Tapi kalau Ayah mau, Ayah boleh ambil boneka Barbie ini.. “
Kata Anisa seraya menyerahkan boneka Barbie yang selalu menemaninya bermain.

Beberapa malam kemudian, ketika Ayah masuk kekamarnya, Anisa sedang duduk di atas tempat tidurnya. Ketika didekati, Anisa rupanya sedang menangis diam-diam. Kedua tangannya tergenggam di atas pangkuan.
Dari matanya,mengalir bulir-bulir air mata membasahi pipinya…
“Ada apa Anisa, kenapa Anisa ?”
Tanpa berucap sepatah pun, Anisa membuka tangan-nya. Di dalamnya melingkar cantik kalung mutiara kesayangannya ” Kalau Ayah mau… ambillah kalung Anisa”

Ayah tersenyum mengerti, diambilnya kalung itu dari tangan mungil Anisa. Kalung itu dimasukkan ke dalam kantong celana. Dan dari kantong yang satunya, dikeluarkan sebentuk kalung mutiara putih… sama cantiknya dengan kalung yang sangat disayangi Anisa…
“Anisa… ini untuk Anisa. Sama bukan ? Memang begitu nampaknya, tapi kalung ini tidak akan membuat lehermu menjadi hijau”
Ya…, ternyata Ayah memberikan kalung mutiara asli untuk menggantikan kalung mutiara imitasi Anisa.

Demikian pula halnya dengan TUHAN terkadang Dia meminta sesuatu dari kita, karena Dia berkenan untuk menggantikannya dengan yang lebih baik.

Namun, kadang-kadang kita seperti atau bahkan lebih naif dari Anisa : Menggenggam erat sesuatu yang kita anggap amat berharga, dan oleh karenanya tidak ikhlas bila harus kehilangan…

Waalhu a'lam.
Semoga Ada hikmahnya.
Cari dan teruslah mencari cinta Ilahi.
Salam ukhwah fillah selalu ^_^

Sumber: KUMPULAN CERITA PENUH HIKMAH
Baca Selengkapnya

KISAH PAKIS DAN BAMBU

Diposting oleh Muhammad Zainuddin

ZAINOTES. Ada seorang pria yang putus asa & mau meninggalkan segalanya. Meninggalkan pekerjaan, hubungan & berhenti hidup.
Lalu ia pergi ke hutan untuk bicara yg terakhir kalinya dgn Tuhan,
“Apakah Tuhan bisa memberi saya satu alasan yg baik untuk jangan berhenti hidup & menyerah ?”
Jawaban Tuhan sangat mengejutkan,
“Coba lihat ke sekitarmu...
Apakah kamu melihat pakis & bambu ?”
“Ya” jawab pria itu.
“Ketika menanam benih pakis & benih bambu,
AKU merawat keduanya secara sangat baik.
AKU memberi keduanya cahaya,
memberikan air.
Pakis tumbuh cepat di bumi,
daunnya yg hijau segar menutupi permukaan tanah hutan. Sementara itu benih bambu tidak menghasilkan apapun,
tapi AKU tidak menyerah.
Pada tahun kedua,
pakis tumbuh makin subur dan banyak,
tapi belum ada juga yg muncul dari benih bambu.
Tapi Aku tidak menyerah.
Di tahun ketiga,
benih bambu belum juga memunculkan sesuatu,
tapi Aku tidak menyerah.
Di tahun keempat,
masih juga belum ada apapun dari benih bambu.
Aku tidak menyerah” kata TUHAN
“Di tahun kelima, muncul sebuah tunas kecil.
Dibanding dengan pohon pakis, tunas itu tampak kecil dan tidak bermakna.
Tapi 6 bulan kemudian, bambu itu menjulang sampai 100 kaki.
Untuk menumbuhkan akar itu perlu waktu 5 tahun.
Akar ini membuat bambu kuat & memberi apa yang diperlukan bambu untuk bertahan hidup.
AKU tak akan memberi cobaan yg tak sangup diatasi ciptaan-Ku“ kata TUHAN kepada pria itu.
“Tahukah kamu, anak-Ku...
Di saat menghadapi semua kesulitan & perjuangan berat ini, kamu sebenarnya menumbuhkan akar-akar?”
“AKU tidak meninggalkan bambu itu,
AKU juga tak akan meninggalkanmu”
“Jangan membandingkan diri sendiri dengan orang lain,” kata Tuhan.
“Bambu mempunyai tujuan yang beda dgn pakis,
Tapi keduanya membuat hutan menjadi indah”
“Waktumu akan datang...
Kamu akan menanjak & menjulang tinggi”
Bersabarlah dan banyak lah tuk belajar lagi, waktumu pasti akan tiba.

Wallahu a’lam.
Semoga ada hikmahnya.
Cari dan teruslah mencari cinta Ilahi.
Salam ukhwah fillah selalu ^_^

Sumber: http://edukasi.kompasiana.com/2010/03/17/kisah-pakis-dan-bambu/
Baca Selengkapnya

MENJAGA KASIH SAYANG KELUARGA

Diposting oleh Muhammad Zainuddin

ZAINOTES. Bill Havens, seorang pendayung hebat berkaliber Internasional dalam masa karantinanya menjelang piala dunia mendayung, menerima berita bahwa istrinya akan segera melahirkan. Setelah mendengar kabar tersebut, ia memilih untuk pulang dan tidak mengikuti kejuaraan dunia dan memutuskan untuk menunggui istrinya yang akan melahirkan.
Belasan tahun kemudian th 1952, Bill menerima telegram dari putranya, Frank yang pada saat itu baru saja memenangkan medali emas cano 10.000 meter pada Olimpiade di Finlandia. Telegram itu isinya: “Ayah, terima kasih karena telah menunggu kelahiran saya. Saya akan pulang membawa medali emas yang seharusnya ayah menangkan beberapa tahun yang lalu. Anakmu tersayang, Frank…”
Dari kisah di atas kita bisa belajar bagaimana kehadiran keluarga berdampak sangat besar bagi anggota keluarga tersebut.
Theodore Roosevelt, mantan Presiden AS berkata, “Aku lebih suka melewatkan waktu bersama dengan keluargaku daripada dengan petinggi-petinggi dunia manapun.
Sahabat…
Pada akhirnya kita akan sampai pada suatu titik dimana pada dasarnya semua yang kita lakukan, semua jerih lelah kita dalam pekerjaan, semua untuk mereka, keluarga yang kita cintai. Pada akhirnya kita akan menemukan bahwa jabatan, prestasi, dan promosi tidaklah seberarti kebersamaan diantara keluarga.
Jadi relakah saudara menukar kehangatan dalam keluarga Anda dengan kesibukan dalam pekerjaan Anda yang mungkin sudah sangat berlebihan? Selalu ada hasil yang terbaik dari kerja keras yang terbaik pula
Jika Anda Marketer : Keluarga adalah nasabah utama anda.
Jika Anda karyawan : Keluarga adalah boss Anda sesungguhnya
Jika Anda investor : investasi yang paling berharga adalah nilai-nilai yang Anda tanam dalam Keluarga Anda.
Pastikan ketika Anda di posisi puncak gunung kesuksesan, Anda mengibarkan bendera kemenangan dengan pelukan keluarga disekitar Anda, dan bukan dalam keadaan mereka tertinggal di bawah, berada di bawah sambil mereka menangis karena kehilangan Anda.
***
Untaian kalimat yang indah di atas adalah pesan berantai dari seorang sahabat. Begitu indahnya hingga hati ini tergerak untuk mengabadikannya di sini, memanjangkan rantainya, semoga menjadi pengingat bahwa memelihara keutuhan keluarga, menjaga kasih sayang dengan pasangan dan anak-anak, adalah tanggung jawab yang mulia. Bahwa dengan berorientasi pada kebaikan keluarga, seseorang akan berbahagia dalam jangka panjang.
Seseorang yang berbahagia di tengah keluarganya akan lebih mudah mengembangkan kebahagiaannya dalam dimensi-dimensi yang lain di luar keluarganya. Ia akan berangkat dengan perasaan bahagia, menjalankan aktivitas dengan perasaan bahagia, lalu pulang kembali ke tengah keluarga dengan perasaan bahagia.
Anak-anak yang bahagia di tengah orang tuanya, akan berangkat ke sekolah dengan penuh semangat. Anak-anak akan melangkah dengan percaya diri, sebab memiliki role model/figur/contoh yang baik dan membanggakan. Lebih mudah mengarahkan anak-anak pada nilai-nilai yang baik apabila orang tuanya telah menerapkan nilai-nilai yang baik dalam pemikiran, tutur kata dan tindakannya.

Wallahu a’lam.
Semoga ada hikmahnya.
Cari dan teruslah mencari cinta Ilahi.
Salam ukhwah fillah selalu ^_^

Oleh : http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dan-anak/2011/04/02/pesan-berantai-yang-indah-menjaga-kasih-sayang-keluarga/
Baca Selengkapnya

HUKUM KARMA

Diposting oleh Muhammad Zainuddin

ZAINOTES. Ketika tertimpa musibah, orang cenderung menyalahkan orang lain. Ketika menerima kedzaliman, orang cenderung marah-marah pada yang mendzalimi. Setidaknya istilah terdzalimi itu menurut dirinya. Belum tentu juga ia benar dan belum tentu juga orang yang ia anggap mendzalimi itu salah. Semuanya masih sangat relatif. Namun ego manusia cenderung membenarkan dirinya dan menyalahkan orang lain. Keadaan yang sesungguhnya semakin memperburuk keadaan diri sendiri maupun lingkungannya. Benar seperti pepatah mengatakan “Gajah di pelupuk mata tak tampak, sementara semut di seberang lautan tampak”, manusia jarang mau berinstropeksi diri dan lebih mudah menilai orang lain.
Suatu hari seseorang yang sebut saja bernama “Hasrat”. Ia yang sudah terlalu lama menganggur mendapatkan pekerjaan dari salah seorang temannya untuk membantu membuat majalah. Dalam pekerjaan itu ia ditunjuk menjadi redaktur sekaligus editor. Ia juga diberi tugas untuk mengurus percetakannya nanti. Sungguh seperti mendapat segelas air di tengah padang pasir yang tandus, pekerjaan itupun ia sanggupi. Dari pekerjaan yang bernilai empat juta itu, ia mendapatkan uang muka lima puluh persen.
Kurang dari satu bulan pekerjaan itupun ia selesai. Ia kemudian menyerahkan pekerjaan itu pada temannya. Namun setelah penyerahan itu ia tak lagi mendapat kabar tentang kelanjutan pekerjaannya itu. Apakah pekerjaannya itu harus dikoreksi, ada penambahan atau ada kekurangan, ia tak pernah tahu. Sementara pihak percetakan yang sudah ia hubungi terus menanyakan pada dirinya.
Setelah sekian lama tak ada kabar, Hasrat akhirnya mencoba menelpon temannya itu. Dan ternyata menurut temannya itu, Hasrat telah di “delete” dari team majalah karena telah dianggap terlambat menyerahkan pekerjaannya. Sebuah alasan yang dianggapnya mengada-ngada atau ini akibat dari sebuah kesalah fahaman. Apapun itu Hasrat sangat marah dan tersinggung. Tak hanya karena ia di “delete” dari team dengan alasan yang terlalu sederhana, tapi masalahnya ia sudah terlanjur pinjam uang pada orang lain dengan jaminan sisa honornya itu. Belum lagi karena ia sudah terlanjur berjanji pada percetakan yang juga milik temannya sendiri. Kemarahannya Hasrat benar-benar memuncak. Ia merasa didzalimi. Ia lalu bergegas hendak mendatangi kantor temannya itu.
Namun entah kenapa, niat itu urung secara tiba-tiba. Ada flash back terhadap masa lalunya berkaitan dengan kasus yang tengah ia hadapi itu. Bahwa ia kemudian menyadari pernah melakukan hal yang sama seperti temannya itu pada masa yang lampau, bahkan lebih parah dari itu. Hasrat ingat beberapa kejadian ketika ia sudah menguras otak sejumlah penulis skenario yang menjadi anak buahnya untuk membuat beberapa sample skenario guna mengajukan program di salah satu stasiun TV. Namun karena alasan program tersebut ditolak dan tak jadi tayang, maka ia tak memberikan honor sepeserpun pada para penulisnya itu. Sebuah tindakan yang seharusnya tidak boleh ia lakukan. Padahal meski program itu ditolak dan ia tidak dibayar oleh produser, tapi setidaknya dikantong pribadinya masih tersimpan sejumlah uang yang seharusnya bisa ia bagi kepada para penulisnya itu. Ia tak menyadari kalau uang di kantongnya itu bukanlah miliknya. Ada hak orang lain disana. Dengan dalih apapun ia telah menguras keringat orang lain tanpa membayarnya. Karma memang tidak ada, tapi dalam Al Qur’an jelas dikatakan bahwa siapa yang berbuat keburukan pasti akan mendapatkan keburukan, begitupun sebaliknya.
Hasrat si penulis malang itupun tak jadi pergi ke kantor temannya itu untuk meluapkan amarahnya. Yang ada ia justru meluluh lantahkan sendiri egonya dan memohon maaf pada Allahnya. Ia mencoba mengakui kesalahannya di masa lalu itu. Namun kesadaran rupanya tak puas dengan hanya melucuti dirinya sampai disitu saja. Di tengah pertobatannya itu ia bahkan diingatkan akan dua setengah persen dari hartanya yang tak pernah ia sampaikan kepada yang berhak pada masa-masa itu. Hasrat semakin malu hati atas sekian banyak rezeki yang telah ia terima dari Allahnya namun tak pernah ia zakati. Pada titik kepongahannya ia tertunduk sebagai manusia yang hina dina.
Sungguh unik cara Allah untuk mengambil sesuatu yang pernah Ia berikan pada makhluknya. Salah satunya adalah dengan cara seperti yang dialami Hasrat di atas tadi. Karena itu jangan harap siapapun bisa lari dari perbuatan buruk. Jangan harap siapapun bisa menyembunyikan hak orang lain dari rezeki yang sudah Allah berikan. Manusia bisa memanipulasinya, tapi Allah tetap punya cara untuk mengambilnya kembali dan mengembalikan perbuatan buruknya itu kepada diri si pelaku. Cepat atau lambat perbuatan buruk akan mendapatkan balasan. Cepat atau lambah pula Allah akan mengambil dua setengah persen yang tidak dikeluarkan dari rezeki yang sudah Ia turunkan. Begitulah yang dzalim janganlah pongah dan merasa diri benar. Suatu ketika pasti ia akan diingatkan oleh Allah dengan caraNya yang unik.

Wallahu a’lam.
Semoga ada hikmahnya.
Cari dan teruslah mencari cinta Ilahi.
Salam ukhwah fillah selalu ^_^

Oleh : Rudi Utomo
http://dapurcerita.com/?cat=56
Baca Selengkapnya

Selasa, 13 September 2011

MENYIKAPI KESULITAN HIDUP

Diposting oleh Muhammad Zainuddin

ZAINOTES. Sahabat, ketika kesulitan hidup itu datang, hati berubah gundah, kesana-kemari seolah mencari sesuatu yang hilang. Tekanan darah naik, darah pun mengalir tak beraturan, menekan keras ke otak hingga membuatnya panas, lalu mengendap di dada menekan paru-paru hingga nafas terasa berat, detak jantung tidak menentu, dada berdebar-debar menekan balik darah.
Sementara itu keringat dingin pun membeku, dan sekujur tubuh terasa pegal. Emosi kian memuncak, dengan sorotan mata yang tajam dan pikiran berputar-putar mengitari tumpukan segala kegundahan.

Setiap orang pasti pernah mengalami saat-saat sulit dalam menjalani kehidupannya. Kadang kesulitan itu memang membuat seseorang frustasi, bingung, stres, panik, putus asa dan sikap negatif lainnya. Namun hal ini hanya terjadi pada kebanyakan orang yang hidupnya jauh dari tuntunan Al-Qur`an.
Jauhnya mereka dari tuntunan Al Qur'an menyebabkan mereka gampang gelisah, tegang, dan marah. Mereka menjalani kehidupan ini dengan beban masalah dan tekanan batin yang luar biasa beratnya, sehingga menjauhkan mereka dari kebahagiaan hidup.

Seorang mukmin tentu berbeda dalam menyikapi berbagai kesulitan hidup yang dihadapinya.Mereka memahami bahwa kesulitan atau ujian diberikan oleh Allah dalam rangka menguji hamba-Nya.
Dan mereka tahu bahwa kesulitan itu dibuat untuk membedakan antara mereka yang benar-benar beriman dan mereka yang memiliki penyakit di hatinya, yaitu mereka yang tidak tulus dalam meyakini keimanan mereka.
Karena itu,
ujian atau kesulitan yang hadir dalam kehidupan kita akan menunjukkan siapakah kita sebenarnya. 
Allah menjelaskan melalui firman-Nya, bahwa Dia akan menguji manusia untuk melihat siapakah yang benar-benar beriman.

"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar." (Ali Imran: 142)

"Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin)...."(al-Baqarah: 179)

Ketika membaca terjemahan ayat tersebut,
hendaknya semakin menambah kesadaran kita bahwa kehidupan ini memang dipenuhi dengan aneka masalah dan berbagai kesulitan.
Karena dunia ini merupakan Darut Taklif, maksudnya adalah tempat pembebanan.
Tidak ada seorang pun yang terbebas dari masalah selama mereka hidup di dunia. Dan sungguh merugi orang yang larut dalam kesedihan, kesedihan yang panjang justru akan semakin menyulitkan diri dalam menghadapi masalah. Hanya dengan keberanian untuk bangkit dan bersabar, kesulitan itu akan terasa mudah.
Berbahagialah orang yang mampu bersabar dalam menghadapi setiap kesulitan hidup, karena Allah beserta orang-orang yang sabar.

Wallahu a’lam.
Semoga ada hikmahnya.
Cari dan teruslah mencari cinta Ilahi.
Salam ukhwah fillah selalu ^_^

Oleh : ilham fatahillah (dudung.net)
Baca Selengkapnya

MANUSIA BAHAGIA

Diposting oleh Muhammad Zainuddin


ZAINOTES. Manusia bahagia bila ia bisa membuka mata. Untuk menyadari bahwa ia memiliki banyak hal yang berarti. Manusia bisa bahagia bila ia mau membuka mata hati. Untuk menyadari, betapa ia dicintai. Manusia bisa bahagia, bila ia mau membuka diri. Agar orang lain bisa mencintainya dengan tulus.
Manusia tidak bahagia karena tidak mau membuka hati, berusaha meraih yang tidak dapat diraih, memaksa untuk mendapatkan segala yang diinginkan, tidak mau menerima dan mensyukuri yang ada.
Manusia buta, karena egois dan hanya memikirkan diri, tidak sadar bahwa ia begitu dicintai, tidak sadar bahwa saat ini, apa yang ada adalah baik, selalu berusaha meraih lebih, dan tidak mau sadar karena serakah.
Ada teman yang begitu mencintai, namun tidak diindahkan, karena memilih, menilai dan menghakimi sendiri. Memilih teman dan mencari-cari, padahal di depan mata ada teman yang sejati. Telah memiliki segala yang terbaik, namun serakah, ingin dirinya yang paling diperhatikan, paling disayang, selalu menjadi pusat perhatian, selalu dinomorsatukan.
Padahal, semua manusia memiliki peranan, hebat dan no. satu dalam satu hal, belum tentu dalam hal lain, dicintai oleh satu orang belum tentu oleh orang lain.
Kebahagiaan bersumber dari dalam diri sendiri, jikalau berharap dari orang lain, siaplah ditinggalkan, siaplah dikhianati. Kita akan bahagia bila bisa menerima diri apa adanya, mencintai dan menghargai diri sendiri, mau mencintai orang lain, dan mau menerima orang lain.
Percayalah kepada Tuhan, dan bersyukurlah kepadanya, bahwa kita selalu diberikan yang terbaik sesuai usaha kita, tak perlu berkeras hati, Ia akan memberi kita di saat yang tepat apa yang kita butuhkan, meskipun bukan hari ini, masih ada esok hari. Berusaha dan bahagialah karena kita dicintai begitu banyak orang.

Wallahu a’lam.
Semoga ada hikmahnya.
Cari dan teruslah mencari cinta Ilahi.
Salamukhwah fillah selalu ^_^
Baca Selengkapnya

5 CM

Diposting oleh Muhammad Zainuddin


 ZAINOTES. Taruh mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu,
    apa yg kamu mau kejar…
    Kamu taruh di sini… jangan menempel di kening.
    Biarkan…
    dia…
    menggantung…
    mengambang…
    5 centimeter…
    di depan kening kamu…
    Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu.
    Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari,
    kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa.
    Apa pun hambatannya, bilang sama diri kamu sendiri,
    kalo kamu percaya sama keinginan itu dan kamu NGGAK BISA menyerah.
    Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh,
    bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat, apa pun itu,
    segala keinginan, mimpi, cita-cita, keyakinan diri…
    Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter menggantung mengambang di depan kening kamu.
    Dan…
    sehabis itu yang kamu perlu…
    Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya,
    tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya,
    mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya,
    lapisan tekad yg seribu kali lebih keras dari baja…
    Dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya…
    Serta mulut yang akan selalu berdoa…

    From: Buku 5cm (Donny Dhirgantoro)

    Wallahu a’lam.
    Semoga ada hikmahnya.
    Cari dan teruslah mencari cinta Ilahi.
    Salam ukhwah fillah selalu ^_^
Baca Selengkapnya

BERSIKAP TERBUKA

Diposting oleh Muhammad Zainuddin





ZAINOTES. Sahabat dan saudaraku, berilmu dan menuntut Ilmu itu janganlah "berkacamata Kuda!"
Sebagai seorang muslim, kita diwajibkan untuk menuntut ilmu, baik yang disebut ilmu dunia maupun ilmu akhirat. Pada dasarnya Islam tidak membeda-bedakan ilmu dunia dan/atau ilmu akhirat, karena Islam adalah ajaran yg menyeluruh (terintegrasi) sehingga tidak ada perbedaan. Dikotomi pendidikan ini justru dibuat oleh manusia, yg pada akhirnya malah mengerdilkan posisi manusia sebagai khalifah di muka bumi ini.

Seringkali kita merasa ilmu yg kita pelajari sudah mencukupi untuk berpendapat. Bahkan kita menjadi berani untuk ‘menghakimi’ sikap seseorang hanya berdasar ilmu yg kita miliki, padahal sebenarnya orang tersebut mempunyai juga dasar utk sikap/tindakan yg dia lakukan.

Contoh yg paling mudah adalah bersentuhan kulit dg lawan jenis bukan mahram. Saya yakin mayoritas kaum muslim Indonesia, terutama yg hanya tahu madzhab Syafi’i akan menganggap orang2 di Mekkah, yg sedang haji, lantas sering bersentuhan (secara tidak sengaja) sholatnya tidak sah karena aksi sentuh kulit tersebut. Mereka tidak tahu (atau untuk kasus lebih ekstrim, tidak mau memahami) pendapat lain yg ‘membolehkan’ sentuh kulit untuk kasus2 tertentu.

Kita bisa lihat juga untuk masalah sholat Jum’at dan hari Raya. Bagi yg tidak tahu bahwa BOLEH tidak sholat Jum’at, mereka akan menganggap dirinya lebih baik (takabur) dan menganggap orang yg tidak sholat Jum’at sebagai orang yg sesat.

Pengetahuan yg tidak memadai, cenderung menutup diri terhadap pendapat lain, serta keras kepala dan taklid buta menjadikan kaum muslim seperti kuda yg diberi kacamata. Dia hanya mau melihat apa yg dia lihat, beranggapan hanya jalan/pendapat dia yg paling benar, tanpa mau melihat atau mau tahu pendapat lain.

Kondisi ini terkadang diperparah dengan sikap para ulama, yg karena tidak mau kehilangan pengikut/jama’ah, dia lantas menyalahkan pendapat ulama lain. Jika sudah demikian, maka bentrokan antar jama’ah bisa terjadi karena keyakinan mereka terhadap ulamanya masing-masing.

Wallahu a’lam.
Semoga ada hikmahnya.
Cari dan teruslah mencari cinta Ilahi.
Salam ukhwah fillah selalu ^_^
Baca Selengkapnya

Sabtu, 10 September 2011

ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA

Diposting oleh Muhammad Zainuddin

ZAINOTES.
EPISODE 1 :

Saat Fulanah masih seorang gadis, yang ada di benaknya dan yang kemudian menjadi tekadnya adalah keinginan menjadi isteri shalihat yang taat dan selalu tersenyum manis. Pendeknya, ingin memberikan yang terbaik bagi suaminya kelak sebagai jalan pintas menuju surga.

Tekad itu diperolehnya setelah mengikuti berbagai 'tabligh', ceramah, dan seminar keputerian serta membaca sendiri berbagai risalah. Bahkan banyak pula ayat Al-Qur'an dan Hadits yang berkaitan dengan hal itu telah dihafalnya, seperti "Ar Rijalu qowwamuna alan nisaa'...","Faso- lihatu qonitatu hafizhotu lilghoibi bima hafizhallah..." (QS. An-Nisa ayat 34). Juga Hadits :"Ad dunya mata', wa khoiru mata'iha al mar'atus sholihat." (dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah
isteri sholihat). Atau, hadits "Wanita sholihat adalah yang menyenangkan bila dipandang, taat bila disuruh dan menjaga apa-apa yang diamanahkan padanya. Begitu pula hadits "Jika seorang isteri sholat lima waktu, shaum di bulan Ramadhan dan menjaga kehormatan dirinya serta suaminya dalam keadaan ridha padanya saat ia mati, maka ia boleh masuk surga lewat pintu yang mana saja. (HR Ahmad dan Thabrani). Hadits yang berat dan seram pun dihafalnya, "Jika manusia boleh menyembah manusia
lainnya, maka aku perintahkan isteri menyembah suaminya." (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban)

Figur isteri yang sholihat, taat, dan setia serta qona'ah seperti Khadijah r.a. benar-benar terpatri kuat di benak Fulanah dan jelas ingin ditirunya. Maka, tatkala Allah SWT telah menakdirkan ia mendapat jodoh seorang Muslim yang sholih, 'alim dan berkomitmen penuh pada Islam, Fulanah pun melangkah ke gerbang pernikahan dengan mantap. Begitu khidmat dan khusyu karena kesadaran penuh untuk beribadah dan menjadikan jihad dan syahid sebagai tujuan hidup berumah tangga.

EPISODE 2

Tatkala Fulan masih menjadi seorang jejaka, ia sering membatin, berangan-angan, dan bercita-cita membentuk rumah tangga Islami dengan seorang Muslimah sholihat yang menyejukkan hati dan mata. Alangkah bahagianya menjadi seorang suami dan seorang "qowwam" yang "qooimin bi nafsihi wa muuqimun lil ghoirihi" (tegak atas dirinya dan mampu menegakkan orang lain, terutama isteri dan anak-anaknya). Juga menjadi 'imam yang adil' yang akan memimpin dan mengarahkan isteri dan anak-anaknya.

Alangkah menenangkannya mempunyai seorang isteri yang akan dijaganya lahir dan batin, dilindungi dan disayanginya karena ia adalah amanah Allah SWT yang telah dihalalkan baginya dengan dua kalimat Allah SWT. Ia bertekad untuk mempergauli isterinya dengan ma'ruf (QS An-Nisa:19) dan memperhatikan hadits Rasulullah SAW tentang kewajiban-kewajiban seorang suami. "Hanya laki-laki mulialah yang memuliakan wanita." "Yang paling baik di antara kamu, wahai mu'min, adalah yang paling baik perlakuannya terhadap isterinya. Dan akulah (Muhammad SAW) yang paling baik perlakuannya terhadap isteri-isteriku." "Wanita seperti tulang rusuk manakala dibiarkan ia akan tetap bengkok, dan manakala diluruskan secara paksa ia akan patah." (HR. Bukhari dan Muslim)

Fulan pun bertekad meneladani Rasulullah SAW yang begitu sayang dan lembut pada isterinya. Tidak merasa rendah dengan ikut meringankan beban pekerjaan isteri seperti membantu menyapu, menisik baju dan sekali-sekali turun ke dapur seperti ucapan Rasulullah kepada Bilal : "Hai Bilal, mari bersenang-senang dengan menolong wanita di dapur." Karena Rasulullah suka bergurau dan bermain-main dengan isteri seperti berlomba lari dengan Aisyah r.a. (HR Ahmad), maka ia pun berkeinginan meniru hal itu serta menyapa isteri dengan panggilan lembut 'Dik' atau 'Yank'.

EPISODE-EPISODE SELANJUTNYA

Fulan dan Fulanah pun ditakdirkan Allah SWT untuk menikah. Pasangan yang serasi karena sekufu dalam dien, akhlaq, dan komitmen dengan Islam.

Waktu pun terus berjalan. Dan walaupun tekad dan cita-cita terus membara, kini banyak hal-hal realistis yang harus dihadapi. Sifat, karakter, pembawaan, selera, dan kegemaran serta perbedaan latar belakang keluarga yang semula mudah terjembatani oleh kesatuan iman, cita-cita, dan komitmen ternyata lambat laun menjadi bahan-bahan perselisihan. Pertengkaran memang bumbunya perkawinan, tetapi manakala bumbu yang dibubuhkan terlalu banyak, tentu rasanya menjadi tajam dan tak enak lagi.

Ternyata, segala sesuatunya tak seindah bayangan semula. Antara harapan dan kenyataan ada terbentang satu jarak. Taman bunga yang dilalui ternyata pendek dan singkat saja. Cukup banyak onak dan duri siap menghadang. Sehabis meneguk madu, ternyata 'brotowali' yang pahitpun harus diteguk. Berbagai masalah kehidupan dalam perkawinan harus dihadapi secara realistis oleh pasangan mujahid dan mujahidah sekalipun.Allah tak akan begitu saja menurunkan malaikat-malaikat untuk menyelesaikan setiap konflik yang dihadapi. "Innallaha laa yughoyyiru ma biqoumi hatta yughoyyiru maa bi anfusihim" (QS Ar-Raad : 6).

Ada seorang isteri yang mengeluhkan cara bicara suaminya terutama jika marah atau menegur, terdengar begitu 'nyelekit'. Ada pula suami yang mengeluh karena dominasi ibu mertua terlalu besar. Perselisihan dapat timbul karena perbedaan gaya bicara, pola asuh, dan latar belakang keluarganya. Kejengkelan juga mulai timbul karena ternyata suami bersikap 'cuek', tidak mau tahu kerepotan rumah tangga, karena beranggapan "itu khan memang tugas isteri." Sebaliknya, ada suami yang kesal karena isterinya tidak gesit dan terampil dalam urusan rumah tangga, maklum sebelumnya sibuk kuliah dan jadi 'kutu buku' saja.

Fulan pun mulai mengeluh. Ternyata isterinya tidak se-"qonaah" yang diduganya, bahkan cenderung menuntut, kurang bersahaja dan kurang bersyukur. Fulanah sebaliknya. Ia mengeluh, sang suami begitu irit bahkan cenderung kikir, padahal kebutuhan rumah tangga dan anak-anak terus meningkat.

Seorang sahabat Fulan juga kesal karena isterinya sulit menerima keadaan keluarganya. Sebab musababnya sih karena perbedaan status sosial, ekonomi dan adat istiadat. Kekesalannya bertambah-tambah karena dilihatnya sang isteri malas meningkatkan kemampuan intelektual, manajemen rumah tangga, serta kiat-kiat mendidik anak. Sebaliknya, sang isteri menuduh suaminya sebagai "anak mama" yang kurang mandiri dan tidak memberi perhatian yang cukup pada isteri dan anak-anaknya. Belum lagi problem yang akan dihadapi pasangan-pasangan muda yang masih tinggal menumpang di rumah orang tua. Atau di dalam rumah mereka ikut tinggal kakak-kakak atau adik-adik ipar. Kesemua keadaan itu potensial mengundang konflik bila tidak bijak-bijak mengaturnya.

Kadang-kadang semangat seorang Muslimah untuk da'wah keluar rumah terlalu berlebihan. Tidak "tawazun". Hal ini dapat menyebabkan seorang suami mengeluh karena terbebani dengan tugas-tugas rumah tangga yang seabreg-abreg dan mengurus anak-anak. Selanjutnya, ada pula Muslimah yang terlalu banyak menceritakan kekurangan suaminya, kekecewaan-kekecewaannya pada suaminya. Padahal ia sendiri kurang instrospeksi bahwa ia sering lupa melihat kebaikan dan kelebihan suaminya.

Ada suami yang begitu "kikir" dalam memuji, kurang "sense of humor" dan "sedikit" berkata lembut pada isteri. Kalau ada kebaikan isteri yang dilihatnya, disimpannya dalam hati, tetapi bila ia melihat kekurangan segera diutarakannya. Bahkan ada pula pasangan suami-isteri yang memiliki problem "hubungan intim suami-isteri". Mereka merasa tabu untuk membicarakannya secara terus terang di antara mereka berdua. Padahal akibatnya menghilangkan kesakinahan rumah tangga.

Kalau mau dideretkan dan diuraikan lagi, pasti daftar konflik yang terjadi di antara pasangan suami-isteri muda Muslim dan Muslimah akan lebih panjang lagi. Memang, persoalan-persoalan tidak begitu saja hilang. Rumah tangga tidak pasti akan berjalan mulus tanpa konflik hanya dengan kesamaan fikrah dan cita-cita menegakkan Islam. Mereka yakni Fulan dan Fulanah cs
tetap manusia-manusia biasa yang bisa membuat kekhilafan dan tidak lepas dari kekurangan-kekurangan. Dan mereka pun pasti mengalami juga fluktuasi iman.

Pasangan yang bijak dan kuat imannya akan mampu istiqomah dan lebih punya kemampuan menepis badai dengan menurunkan standar harapan. Tidak perlu berharap muluk-muluk seperti ketika masih gadis atau jejaka. Karena, ternyata kita pun belum bisa mewujudkan tekad kita itu. Sebagai Muslim dan Muslimah hendaknya kita sadar, tidak mungkin kita dapat menjadi isteri atau suami yang sempurna seperti bidadari atau malaikat. Maka kita pun tentunya tidak perlu menuntut kesempurnaan dari suami atau isteri kita.

"Just the way you are" lah. Kita terima pasangan hidup kita seadanya, lengkap dengan segala kekurangan (asal tidak melanggar syar'i) dan kelebihannya. Kita memang berasal dari latar belakang keluarga, kebiasaan, dan karakter yang berbeda, walau tentunya dien, fikrah, dan cita-cita kita sama. Pada saat ghirah tinggi, iman dalam kondisi puncak, "Prima", semua perbedaan seolah sirna. Namun pada saat "ghirah" turun, iman menurun, semua perbedaan itu menyembul ke permukaan, mengganjal, mengganggu, dan menyebalkan. Akibatnya tidak terwujud sakinah.

Kiat utama mengatasi permasalahan dalam rumah tangga, tentunya setelah berdoa memohon pertolongan Allah SWT dan mau ber "muhasabah" (introspeksi), adalah mengusahakan adanya komunikasi yang baik dan terbuka antara suami-isteri. Masalah yang timbul sedapat mungkin diselesaikan secara intern dulu di antara suami-isteri dengan pembicaraan dari hati ke hati. "Uneg-
uneg" yang ada secara fair dan bijak diungkapkan.

Selanjutnya, yang memang bersalah diharapkan tidak segan-segan mengakui kesalahan dan meminta maaf. Yang dimintai maaf juga segera mau memaafkan dan tidak mendendam. Masing-masing pihak berusaha keras untuk tidak mengadu ke orang tua, atau orang lain. Jadi tidak membongkar atau membeberkan aib dan kekurangan suami atau isteri. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah tidak membandingk-bandingkan suami atau isteri dengan orang lain, karena itu akan menyakitkan pasangan hidup kita. Setelah
itu, masing-masing juga perlu 'waspada' agar tidak terbiasa kikir pujian dan royal celaan.

Jika terpaksa, kadang-kadang memang diperlukan bantuan pihak ketiga (tetapi pastikan yang dapat dipercaya keimanan dan akhlaqnya) untuk membantu melihat permasalahan secara lebih jernih. Kadang-kadang "kacamata" yang kita pakai sudah begitu buram sehingga semua kebaikan pasangan hidup kita menjadi tidak terlihat, bahkan yang terlihat keburukannya saja. Orang lain yang terpercaya InsyaAllah akan bisa membantu menggosok 'kacamata' yang buram itu. Alhamdulillah ada yang tertolong dengan cara ini dan mengatakan setelah konflik terselesaikan mereka pun berbaikan lagi seperti baru menikah saja ! Layaknya !

Dengan berikhtiar maksimal, bermujahadah, dan bersandar pada Allah SWT, InsyaAllah kita dapat mengembalikan kesakinahan dan kebahagiaan rumah tangga kita, serta kembali bertekad menjadikan jihad dan syahid sebagai tujuan kita berumah tangga. Amiin yaa Robbal'aalamiin.

Wallahu alam.
Semoga ada hikmahnya.
Cari dan teruslah mencari cinta Ilahi.
Salam ukhwah fillah selalu ^_^

Sumber: unknown
Baca Selengkapnya

MENYIKAPI MASALAH

Diposting oleh Muhammad Zainuddin

ZAINOTES. Sebelumnya saya ingin bertanya, “Dari semenjak anda lahir sampai hidup anda hari ini, pernahkan anda punya masalah yang tidak selesai?.” Saya yakin anda semua akan menjawab “belum pernah”. Jangan katakan kalau saat ini anda punya masalah yang belum selesai, karena masalah saat ini adalah masalah yang tengah berjalan dan sedang dalam proses penyelesaian. Yang saya tanyakan adalah dari semenjak anda lahir sampai sebelum masalah anda yang terbaru saat ini. Atau jangan katakan bahwa anda punya masalah yang tidak selesai karena tidak tuntas dan berlanjut dengan fase baru dari permasalahan tersebut. Karena fase pertama permasalahan pasti sudah selesai, sehingga berganti dengan fase berikutnya yang pastinya jauh lebih mudah. Jika semua masalah harus selesai dengan cara yang seperti anda inginkan, maka jelas semua masalah jadi tidak pernah kita dianggap selesai.

Sebut saja namanya “Hasrat”. Sudah tujuh bulan ia menanggung beban hutang. Uang dua puluh juta yang dipinjam untuk modal bisnis temannya itu tak ketahuan juntrungannya. Jangankan mendapatkan keuntungan, ditagih kembali saja susah. Padahal uang dua puluh juta itu adalah uang dari hasil menggadaikan rumahnya. Hasrat harus membayar bunganya setiap bulan untuk uang dua puluh juta yang sudah digondol temannya itu.
Tibalah bulan terakhir dimana perjanjian gadai rumah itu berakhir. Hasrat harus melunasi uang itu atau rumahnya disita. Hasratpun stres dan pusing. Satu bulan yang biasanya terasa lama, kini bagi Hasrat terasa cepat bagai halilintar yang siap menyambar. Hari dead line pembayaran semakin dekat tapi ia tak juga punya solusi untuk mengatasinya. Hasrat mulai gentar dan putus asa. Dunia terasa gelap.
Hasrat serba salah. Ia tak tahu apa yang mesti dilakukan. Mau menutup hutang tersebut dengan hutang lagi, jelas sama saja gali lobang tutup lobang. Mau meminta tolong pada Allahnya, jelas baginya itu sesuatu yang absurd. Mau berpuasa, ia merasa seperti orang yang hanya menyembunyikan hasrat dan menekan keinginan. Mau tahajud, ia sendiri tak pernah merasakan dampak langsung dari tahajud itu sendiri.
Ditengah kebingungannya, Hasrat ingat temannya yang sekarang hidup di sebuah rumah kontrakan bersama anak dan istrinya sambil berdagang kecil-kecilan. Dulu ia seorang pengusaha sukses. Kini semua hartnya ludes karena mengalami kebangkrutan. Hasrat ingat tahu bagaimana temannya itu begitu ikhlas dan tetap bahagia bersama anak istrinya itu, tanpa keluh kesah dan penderitaan. Hasrat ingat ketika ia bertanya pada temannya itu dengan penuh rasa penasaran, “Kamu bisa hidup begini?. Kamu bisa tinggal di rumah kontrakan begini? Padahal dulu kamu tinggal di rumah besar dan mewah?
Teman Hasrat hanya tersenyum dengan pertanyaan Hasrat tersebut. Ia lalu menjawab dengan santai dengan jawaban panjang, “Ketika aku tahu kalau aku mau tinggal di rumah kontrakan, aku sempat shock. Tapi ketika aku sudah berada di rumah kontrakan ini, aku menjadi biasa saja. Seperti anak sekolah yang membayangkan kelas diatasnya sebagai kelas yang jauh lebih sulit untuk ditempuh. Tapi ketika ia naik kelas, ia merasa biasa-biasa saja. Semua sudah diukur oleh Allahku, yang pastinya mampu kujalani. Semua yang ada padaku bukan milikku. Tapi milik Allahku yang dititipkan padaku. Jadi jika suatu ketika Ia hendak mengambilnya, apa hakku untuk melarangnya? Dan Allahku bukanlah tuan tanah yang meminjamkan tanahnya untuk dibangun gubuk oleh seorang pemulung. Ketika tuan tanah itu hendak mengambil kembali tanahnya, ia lalu mengusir pemulung itu begitu saja tanpa memberikan gubuk pengganti. Allahku bukanlah manusia. Ia akan selalu bertanggung jawab terhadap makhluknya. Jadi apa yang mesti kita khawatirkan? Di kontrakan ini aku jauh lebih merasa damai karena sudah tak punya hutang. Di rumah kontrakan ini aku sekarang justru bisa berkumpul dengan keluarga sepanjang waktu. Padahal aku dulu selalu berangkat pagi dan pulang larut malam.

Hampir tak pernah aku bertemu anak istriku kecuali hari minggu. Tapi sekarang anak istriku bahagia karena aku bisa sering bertemu mereka. Alangkah indahnya sekarang ketika aku bisa makan ayam satu potong beramai-ramai dengan meraka. Tidak seperti dulu yang selalu makan sendiri-sendiri meski dengan lauk-pauk yang mewah. Jika kamu bertanya padaku kenapa aku bisa seperti ini, maka jelas kamu salah dalam berfikir. Kamu beranggapan bahwa yang kamu miliki sekarang ini adalah milikmu. Jika kamu berfikir seperti itu, maka selamat menderitalah sepanjang hidupmu.”
Hasrat terhenyak sadar. Ia merasa membuang-buang waktu percuma dengan pusing dan bersedih. Kalau rumahnya harus disita, ya sita saja. Toh rumah itu memang bukan miliknya. Kalau kemudian harus mengontrak rumah, kenapa juga harus malu? Memangnya orang mengontrak rumah itu hina?! Dan belum tentu juga penyelesaian dari masalahnya itu adalah dengan tersitanya rumah. Mungkin nantinya ada penyelesaian lain. Seperti dulu ketika rumahnya juga nyaris disita karena tunggakan yang begitu banyak pada sebuah bank. Apa yang difikirkannya tentang sita-menyita itu tak pernah terjadi.
Saat itu pihak Bank memang tidak kemudian menghapus semua hutang-hutang Hasrat. Hasrat sadar itu. Ia tidak sedang berada di surga. Jadi tak ada yang ajaib dengan sim salabim dan semuanya berubah seperti yang ia inginkan. Tapi setidaknya pihak Bank telah membuat keringanan padanya. Bukankah itu juga sebuah penyelesaian? Penyelesaian dengan fase yang lebih realistis.
Hasrat kini lebih santai hidupnya. Ia bahkan tak pernah memikirkan lagi tentang hari dimana ia harus membayar hutangnya yang dua puluh juta itu. Ia jalani hidupnya dengan wajar-wajar saja, hingga hari yang dimaksud itupun tiba. Dan apa yang dikatakan sita-menyita itu memang tak pernah ada. Namun Hasrat juga tak begitu saja lolos dari hutang. Hasrat hanya mendapatkan tenggang waktu lagi untuk menyelesaikan hutangnya tersebut.
Dari kisah nyata yang dialami Hasrat itu dapat disimpulkan bahwa tak ada masalah yang tak selesai. Allah anda, Allah saya, akan menyelesaikannya dengan berbagai cara. Bisa tuntas, bisa juga tidak. Kalau tidak tuntas, pasti akan berganti pada fase yang lebih mudah. Kalaupun tuntas, jangan bersenang-senang dahulu, cepat atau lambat pasti juga akan datang masalah baru. Namun begitu, apa pedulinya kita dengan masalah? Toh nanti juga pasti selesai.
Lembah yang mematikan itu terlewati dengan selamat. Namun bukan berarti di depan sana adalah lembah hijau yang nyaman. Perjalanan tetap harus dilanjutkan. Kalau memang ENGKAU belum menakdirkan, seseram apapun itu ancaman, hanya akan jadi pelemahan batin dan penghancuran raga. Jangan salahkan DIA jika kau sakit. Salah sendiri kenapa kau tak percaya padaNYA…?

Tapi jika masalah terakhir Hasrat tadi itu tidak anda anggap sebagai sebuah penyelesaian, maka berarti anda sedang memaksakan keinginan anda pada Tuhan. Anda selalu berharap penyelesaian itu harus seperti yang anda inginkan. Maka seperti Hasrat di awal-awal tadi, anda akan segera berhenti berdoa dan bermunajad. Sebab terkabulnya doa dan munajad anda akan menjadi sebuah absurditas. Sabarlah jika ingin semua masalah anda terselesaikan seperti yang anda inginkan, karena semua itu hanya ada di surga. Dan tampaknya di surga sana tak akan ada lagi yang namanya masalah. Itupun juga…, jika anda masuk surga.

Wallahu a'lam.
Semoga bermanfaat.
Cari dan teruslah mencari cinta Ilahi.
Salam ukhwah fillah selalu ^_^

Oleh: Rudi Utomo
http://dapurcerita.com/?p=866
Baca Selengkapnya

YANG CANTIK

Diposting oleh Muhammad Zainuddin

ZAINOTES. Suatu yang fitrah jika seseorang menempatkan keindahan fisik dan materi pada urutan penting dalam memilih jodoh. Berbagai macam alasan mereka jika ditanya, dan hal itu juga disebutkan oleh sunnah nabi “lihatlah rupanya dan lihatlah hartanya” boleh dan justru dianjurkan sekali oleh beliau.

Tabiat manusia selalu menginginkan sesuatu yang indah, karena keindahan membuat selalu senang, dan tidak mudah jemu, singkat kata calon istri yang cantik misalnya, maka siapapun perianya akan sangat senang dan bangga jika bisa memilikinya, akan tetapi bagai mana seandainya jika keindahan itu hanya elok pada sisi luar saja dan didalam ternyata banyak titik hitam? tentu pandangan dan rasa akan keindahan itu sangat mudah sirna.

Kembali melihat ulang tentang memilih jodoh dalam keriteria wanita menurut perkataan nabi: carilah wanita itu karena rupanya (cantik), kemudian carilah karena hartanya (kaya), lalu lihat juga karena nasabnya (keturunannya), dan yang terakhir karena agamanya (shalihah).

Di perkataan nabi itu bisa dipahami kenapa dianjurkan mencari istri yang cantik. sebab istri yang cantik akan membuat kita selalu rindu, dan membuat kita ingin selalu bersamanya, memanjanya dan terjauh dari pikiran untuk melirik wanita lain karena merasa bahwa dirumah ada yang terbaik. Namun harus diperhatikan bagi pemuda yang ingin mencari jodoh, cantik menurut nabi diatas bukanlah semata-mata harus memprioritaskan penampilan fisik yang menggoda akan tetapi cantik didalam berakhlak, berbudi pekerti dan berilmu, sebab jika seorang pemuda mimilih pasangannya hanya karena cantik fisiknya bisa jadi kecantikannya malah akan membuat resah bahkan mencelakakan.

Didalam hadist dari ibnu umar diperingatkan oleh nabi ”janganlah kamu kawini seorang perempuan karena kecantikannya sebab kecantikan boleh jadi akan mencelakakan, jangan juga kamu kawini perempuan karena hartanya sebab kekayaan akan mendatangkan kesombongan, tapi kawinilah karena agamanya dan akhlaknya karena itulah yang akan membawa kepada kebahagiaan”

Dikala usia puber remaja sering sekali kehilangan pertimbangan bahwa rupa yang cantik/tampan banyak yang menipu sebab penampilan tidak selamanya mencerminkan keaslian.

Seorang ibu dulu pernah menasehatkan kepada anak pemudanya “kalau cari wanita itu yang tinggi akhlaknya dan berilmu jangan lihat pada tampangnya saja karena itu tidak menjamin bahagia apalagi masuk surga” sianak muda hanya menganggap itu angin lalu, memang ia dengar tapi masuk kiri keluar kanan, dia tidak tahu bahwa orang tua bicara berdasarkan ilmu dan banyaknya kejadian yang telah ia ketahui melalui pengalaman disekitarnya. Dilihatnya bahwa ada menantu yang tega menempatkan mertuanya digubuk reot tak ubahnya seperti kandang kambing dan tidak diurus makanya sementara mereka enak didalam rumah yang bagus, dan ada pula yang lebih parah hingga berani memukul mertuanya. Karena melihat pengalaman seperti itulah hingga orang tua itu tidak ingin sampai terjadi pada anaknya, buah hati manisnya yang susah payah ia mengeluarkan dari rahimnya, yang kelak sangat diharapkan sebagai tulang punggung dan pelindung disaat tuanya. (anak lelaki ibunyalah yang lebih berhak atas dirinya baik telah menikah maupun sebelum menikah, dan anak perempuan ketika telah menikah suaminyalah yang lebih berhak atas dirinya)

Sekarang pemuda itu telah menikah dengan wanita cantik menurutnya tapi jelek penyelanggaraan rumah tangganya karena tidak bisa apa- apa, masak tidak bisa, ilmu agama juga kurang, mana lagi akhlak yang seperti tidak pernah dididikkan sehingga dalam waktu tidak sampai satu tahun merekapun telah cerai..
Sekedar kata penutup dari saya dan sebagai teman yang juga masih berstatus remaja tidak berlebihan jika saya mengingatkan kepada semua saudara pembaca, bahwa silahkan cari rupa yang cantik/tampan tapi kalau itu dijadikan motif utama tanpa dasar-dasar agama dikhawatir nanti rumah tangga malah akan berhadapan dengan banyak permasalahan, jadi mari kejar yang bagus dan cantik agar kita betah tinggal dirumah, supaya kita merasa ada tempat berbagi rasa dan ada tempat kita bernaung….tapi hendaknya kecantikan/ ketampanan itu diiringi dengan kecantikan budi pekerti dan akhlak yang mulia.

Wallahu a’lam.
Semoga ada hikmahnya.
Cari dan teruslah mencari cinta Ilahi.
Salam ukhwah fillah selalu ^_^
Baca Selengkapnya

Selasa, 06 September 2011

PANDANGAN ISLAM TENTANG HUBUNGAN LAWAN JENIS

Diposting oleh Muhammad Zainuddin

ZAINOTES. "Wanita dinikahi karena satu dari tiga hal; dinikahi karena hartanya, dinikahi karena kecantikannya, dinikahi karena agamanya. Maka pilihlah yang memiliki agama dan akhlak (mulia) niscaya selamat dirimu." (HR. Ahmad). Pacaran? Hm... Tunggu Dulu!!!

Tak kenal maka tak sayang! Itulah sebuah ungkapan yang telah populer di kehidupan kita. Bahkan, ungkapan itu memang berlaku umum, yaitu sejak seseorang mulai mengenal lingkungan hidupnya.

Dalam konteks hubungan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, istilah "tak kenal maka tak sayang" adalah awal dari terjalinnya hubungan saling mencintai. Apa lagi, di zaman sekarang ini hubungan seperti itu sudah umum terjadi di masyarakat. Yaitu, suatu hubungan yang tidak hanya sekadar kenal, tetapi sudah berhubungan erat dan saling menyayangi. Hubungan seperti ini oleh masyarakat dikenal dengan istilah "pacaran".

Istilah pacaran berasal dari kata dasar pacar yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih. Istilah pacaran dalam bahasa Arab disebut tahabbub. Pacaran berarti bercintaan; berkasih-kasihan, yaitu dari sebuah pasangan laki-laki dan perempuan yang bukan mahram.

Para ulama telah banyak membicarakan masalah ini, seperti misalnya yang terdapat dalam Fatwa Lajnah Daimah, sebuah kumpulan fatwa dari beberapa ulama. Sebelum sampai pada simpulan hukum pacaran, terlebih dahulu ditelusuri berbagai kemungkinan yang terjadi ketika sebuah pasangan muda-mudi yang bukan mahram menjalin hubungan secara intim. Dengan penelusuran seperti ini, suatu tindakan tertentu yang berkaitan dengan hubungan muda-mudi ini dapat dinilai dari sudut pandang syar'i. Dengan demikian, kita akan dengan mudah mengetahui suatu "hubungan" yang masih dapat ditoleransi oleh syariat dan yang tidak.

Apa yang terjadi dari sebuah hubungan antara seseorang dengan orang lain secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi lima : perkenalan, hubungan sahabat, jatuh cinta, hubungan intim, dan hubungan suami istri.

***

Perkenalan
Islam tidak melarang seseorang untuk mengenal orang lain, termasuk lawan jenis yang bukan mahram. Bahkan, Islam menganjurkan kepada kita untuk bersatu, berjamaah. Karena, kekuatan Islam itu adalah di antaranya kejamaahan, bahkan Allah menciptakan manusia menjadi berbangsa-bangsa dan bersuku-suku itu untuk saling mengenal.

Allah SWT berfirman yang artinya, "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal." (QS. Al-Hujuraat : 13).

***

Hubungan Sahabat
Hubungan sahabat adalah hubungan sebagai kelanjutan dari sebuah hubungan yang saling mengenal. Setelah saling mengenal, seseorang berhubungan dengan orang lain bisa meningkat menjadi teman biasa atau teman dekat (sahabat). Hubungan sahabat dimulai dari saling mengenal. Hubungan saling mengenal ini jika berlangsung lama akan menciptakan sebuah hubungan yang tidak hanya saling mengenal, tetapi sudah ada rasa solidaritas yang lebih tinggi untuk saling menghormati dan bahkan saling bekerja sama. Contoh yang mungkin dapat diambil dalam hal ini adalah seperti hubungan antara Zainudin MZ dengan Lutfiah Sungkar, Neno Warisman dengan Hari Mukti, dan lain-lain. Mereka adalah pasangan lawan-lawan jenis yang saling mengenal, juga dalam diri mereka terjalin hubungan yang saling menghormati, bahkan mungkin bisa bekerja sama. Dalam Islam, hubungan semacam ini tidaklah dilarang.

"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya." (QS. Al-Maidah : 2).

***

Jatuh Cinta
Islam juga tidak melarang seseorang mencintai sesuatu, tetapi untuk tingkatan ini harus ada batasnya. Jika rasa cinta ini membawa seseorang kepada perbuatan yang melanggar syariat, berarti sudah terjerumus ke dalam larangan. Rasa cinta tadi bukan lagi dibolehkan, tetapi sudah dilarang. Perasaan cinta itu timbul karena memang dari segi zatnya atau bentuknya secara manusiawi wajar untuk dicintai. Perasaan ini adalah perasaan normal, dan setiap manusia yang normal memiliki perasaan ini. Jika memandang sesuatu yang indah, kita akan mengatakan bahwa itu memang indah. Imam Ibnu al-Jauzi berkata, "Untuk pemilihan hukum dalam bab ini, kita harus katakan bahwa sesungguhnya kecintaan, kasih sayang, dan ketertarikan terhadap sesuatu yang indah dan memiliki kecocokan tidaklah merupakan hal yang tercela. Terhadap cinta yang seperti ini orang tidak akan membuangnya, kecuali orang yang berkepribadian kolot. Sedangkan cinta yang melewati batas ketertarikan dan kecintaan, maka ia akan menguasai akal dan membelokkan pemiliknya kepada perkara yang tidak sesuai dengan hikmah yang sesungguhnya, hal seperti inilah yang tercela."

Begitu juga ketika melihat wanita yang bukan mahram, jika ia wanita yang cantik dan memang indah ketika secara tidak sengaja terlihat oleh seseorang, dalam hati orang tersebut kemungkinan besar akan terbesit penilaian suatu keindahan, kecantikan terhadap wanita itu. Rasa itulah yang disebut rasa cinta, atau mencintai. Tetapi, rasa mencintai atau jatuh cinta di sini tidak berarti harus diikuti rasa memiliki. Rasa cinta di sini adalah suatu rasa spontanitas naluri alamiah yang muncul dari seorang manusia yang memang merupakan anugerah Tuhan. Seorang laki-laki berkata kepada Umar bin Khattab ra, "Wahai Amirul Mukminin, aku telah melihat seorang gadis, kemudian aku jatuh cinta kepadanya." Umar berkata, "Itu adalah termasuk sesuatu yang tidak dapat dikendalikan." (HR. Ibnu Hazm). Dalam kitab Mauqiful Islam minal Hubb, Muhammad Ibrahim Mubarak menyimpulkan apa yang disebut cinta, "Cinta adalah perasaan di luar kehendak dengan daya tarik yang kuat pada seseorang."

Sampai batas ini, syariat Islam masih memberikan toleransi, asalkan dari pandangan mata pertama yang menimbulkan penilaian indah itu tidak berlanjut kepada pandangan mata kedua. Karena, jika rasa cinta ini kemudian berlanjut menjadi tidak terkendali, yaitu ingin memandang untuk yang kedua kali, hal ini sudah masuk ke wilayah larangan.

Allah SWT berfirman yang artinya, "Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, 'Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.' Katakanlah kepada wanita yang beriman, 'Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan merekaĆ¢€¦" (QS. An-Nuur : 30 - 31). Menundukkan pandangan yaitu menjaga pandangan, tidak dilepas begitu saja tanpa kendali sehingga dapat menelan merasakan kelezatan atas birahinya kepada lawan jenisnya yang beraksi. Pandangan yang terpelihara adalah apabila secara tidak sengaja melihat lawan jenis kemudian menahan untuk tidak berusaha melihat lagi kemudian.

Dari Jarir bin Abdullah, ia berkata, "Saya bertanya kepada Rasulullah SAW tentang melihat dengan mendadak. Maka jawab Nabi, 'Palingkanlah pandanganmu itu'!" (HR. Muslim, Abu Daud, Ahmad, dan Tirmizi).

Rasulullah SAW berpesan kepada Ali ra yang artinya, "Hai Ali, Jangan sampai pandangan yang satu mengikuti pandangan lainnya! Kamu hanya boleh pada pandangan pertama, adapun berikutnya tidak boleh." (HR. Ahmad, Abu Daud, dan Tirmizi).

Ibnul Jauzi di dalam Dzamm ul Hawa menyebutkan bahwa dari Abu al-Hasan al-Wa'ifdz, dia berkata, "Ketika Abu Nashr Habib al-Najjar al-Wa'idz wafat di kota Basrah, dia dimimpikan berwajah bundar seperti bulan di malam purnama. Akan tetapi, ada satu noktah hitam yang ada wajahnya. Maka orang yang melihat noda hitam itu pun bertanya kepadanya, 'Wahai Habib, mengapa aku melihat ada noktah hitam berada di wajah Anda?' Dia menjawab, 'Pernah pada suatu ketika aku melewati kabilah Bani Abbas. Di sana aku melihat seorang anak amrad dan aku memperhatikannya. Ketika aku telah menghadap Tuhanku, Dia berfirman, 'Wahai Habib?' Aku menjawab, 'Aku memenuhi panggilan-Mu ya Allah.' Allah berfirman, 'Lewatlah Kamu di atas neraka'. Maka aku melewatinya dan aku ditiup sekali sehingga aku berkata, 'Aduh (karena sakitnya)'. Maka Dia memanggilku, 'Satu kali tiupan adalah untuk sekali pandangan. Seandainya kamu berkali-kali memandang, pasti Aku akan menambah tiupan (api neraka)." Hal tersebut sebagai gambaran, bahwa hanya melihat amrad (anak muda belia yang kelihatan tampan) saja akan mengalami kesulitan yang sangat dalam di akhirat kelak.

***

Hubungan Intim
Jika rasa jatuh cinta ini berlanjut, yaitu menimbulkan langkah baru dan secara kebetulan pihak lawan jenis merespon dan menerima hubungan ini, terjadilah hubungan yang lebih jauh dan lebih tinggi levelnya, yaitu hubungan intim. Hubungan ini sudah tidak menghiraukan lagi rambu-rambu yang ketat, apalagi aturan. Dalam hubungan ini pasangan muda-mudi sudah bisa merasakan sebagian dari apa yang dialami pasangan suami istri. Pelaku hubungan pada tingkatan ini sudah lepas kendali. Perasan libido seksual sudah sangat mendominasi. Dorongan seksual inilah yang menjadi biang keladi hitam kelamnya hubungan tingkat ini. Bersalaman dan saling bergandeng tangan agaknya sudah menjadi pemandangan umum di kehidupan masyarakat kita, bahkan saling berciuman sudah menjadi tren pergaulan intim muda-mudi zaman sekarang. Inilah hubungan muda-mudi yang sekarang ini kita kenal dengan istilah "pacaran".

Malam minggu adalah malam surga bagi pasangan muda-mudi yang menjalin hubungan pada tingkatan ini. Mereka telah memiliki istilah yang sudah terkenal: "apel". Sang kekasih datang ke rumah kekasihnya. Ada kalanya apel hanya dilaksanakan di rumah saja, ada kalanya berlanjut pergi ke suatu tempat yang tidak diketahui lingkungan yang dikenalnya. Dengan begitu, mereka bebas melakukan apa saja atas dasar saling menyukai.

Al-Hakim meriwayatkan, "Hati-hatilah kamu dari bicara-bicara dengan wanita, sebab tiada seorang laki-laki yang sendirian dengan wanita yang tidak ada mahramnya melainkan ingin berzina padanya."

"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali dia berduaan dalam tempat sepi dengan seorang wanita, sedang dia dengan wanita tersebut tidak memiliki hubungan keluarga (mahram), karena yang ketiga dari mereka adalah setan." (HR. Ahmad).

Ath-Thabarani meriwayatkan, Nabi SAW bersabda yang artinya, "Awaslah kamu dari bersendirian dengan wanita, demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, tiada seorang lelaki yang bersendirian (bersembunyian) dengan wanita melainkan dimasuki oleh setan antara keduanya. Dan seorang yang berdesakkan dengan babi yang berlumuran lumpur yang basi lebih baik daripada bersentuhan bahu dengan bahu wanita yang tidak halal baginya."

Ibnul Jauzi di dalam Dzamm ul-Hawa menyebutkan bahwa Abu Hurairah ra dan Ibn Abbas ra keduanya berkata, Rasulullah SAW berkhotbah, "Barang siapa yang memiliki kesempatan untuk menggauli seorang wanita atau budak wanita lantas dia melakukannya, maka Allah akan mengharamkan surga untuknya dan akan memasukkan dia ke dalam neraka. Barangsiapa yang memandang seorang wanita (yang tidak halal) baginya, maka Allah akan memenuhi kedua matanya dengan api dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam neraka. Barangsiapa yang berjabat tangan dengan seorang wanita (yang) haram (baginya) maka di hari kiamat dia akan datang dalam keadaan di belenggu tangannya di atas leher, kemudian diperintahkan untuk masuk ke dalam neraka. Dan barangsiapa yang bersenda gurau dengan seorang wanita, maka dia akan ditahan selama seribu tahun untuk setiap kata yang diucapkan di dunia. Sedangkan setiap wanita yang menuruti (kemauan) lelaki (yang) haram (untuknya), sehingga lelaki itu terus membarengi dirinya, mencium, bergaul, menggoda dan bersetubuh dengannya, maka wanita itu juga mendapatkan dosa seperti yang diterima oleh lelaki tersebut."

Hubungan intim ini akan sampai pada puncaknya jika terjadi suatu hubungan sebagaimana layaknya yang dilakukan oleh suami istri.

***

Hubungan Suami-Istri
Agama Islam itu adalah agama yang tidak menentang fitrah manusia. Islam sangat sempurna di dalam memandang hal semacam ini. Manusia diciptakan oleh Allah SWT memiliki dorongan seks. Oleh karena itu, Islam menempatkan syariat pernikahan sebagai salah satu sunah nabi-Nya.

Hubungan sepasang kekasih mencapai puncak kedekatan setelah menjalin hubungan suami-istri. Dengan pernikahan, seseorang sesungguhnya telah dihalalkan untuk berbuat sesukanya terhadap istri/suaminya (dalam hal mencari kepuasan libido seksualnya: hubungan badan), asalkan saja tidak melanggar larangan yang telah diundangkan oleh syariat.

Kita tidak menyangkal bahwa di dalam kenyataan sekarang ini meskipun sepasang kekasih belum melangsungkan pernikahan, tetapi tidak jarang mereka melakukan hubungan sebagaimana layaknya hubungan suami-istri. Oleh karena itu, kita sering mendengar seorang pemudi hamil tanpa diketahui dengan jelas siapa yang menghamilinya. Bahkan, banyak orang yang melakukan aborsi (pengguguran kandungan) karena tidak sanggup menahan malu memomong bayi dari hasil perbuatan zina.

Jika suatu hubungan muda-mudi yang bukan mahram (belum menikah) sudah seperti hubungan suami istri, sudah tidak diragukan lagi bahwa hubungan ini sudah mencapai puncak kemaksiatan. Sampai hubungan pada tingkatan ini, yaitu perzinaan, banyak pihak yang dirugikan dan banyak hal telah hilang, yaitu ruginya lingkungan tempat mereka tinggal dan hilangnya harga diri dan agama bagi sepasang kekasih yang melakukan perzinaan. Selain itu, sistem nilai-nilai keagamaan di masyarakat juga ikut hancur.

Di dalam kitab Ibnu Majah diriwayatkan bahwa Ibnu Umar ra bertutur bahwa dirinya termasuk sepuluh orang sahabat Muhajirin yang duduk bersama Rasulullah SAW. Lalu, beliau mengarahkan wajahnya kepada kami dan bersabda, "Wahai segenap Muhajirin, ada lima hal yang membuat aku berlindung kepada Allah dan aku berharap kalian tidak mendapatkannya. Pertama, tidaklah perbuatan zina tampak pada suatu kaum sehingga mereka melakukan terang-terangan, melainkan mereka akan tertimpa bencana wabah dan penyakit yang tidak pernah ditimpakan kepada orang-orang sebelum mereka. Kedua, tidaklah suatu kaum mengurangi takaran dan timbangan, melainkan mereka akan tertimpa paceklik, masalah ekonomi, dan kedurjanaan penguasa. Ketiga, tidaklah suatu kaum menolak membayar zakat, melainkan mereka akan meng alami kemarau panjang. Sekiranya tidak karena binatang, niscaya mereka tidak akan diberi hujan. Keempat, tidaklah suatu kaum melakukan tipuan (ingkar janji), melainkan akan Allah utus kepada mereka musuh yang akan mengambil sebagian yang mereka miliki. Kelima, tidaklah para imam (pemimpin) mereka meninggalkan (tidak mengamalkan Al-Qur'an), melainkan akan Allah jadikan permusuhan antar mereka." (HR. Ibnu Majah dan Hakim).

"Semalam aku melihat dua orang yang datang kepadaku. Lantas mereka berdua mengajakku keluar. Maka aku berangkat bersama keduanya. Kemudian keduanya membawaku melihat lubang (dapur) yang sempit atapnya dan luas bagian bawahnya, menyala api, dan bila meluap apinya naik orang-orang yang di dalamnya sehingga hampir keluar. Jika api itu padam, mereka kembali ke dasar. Lantas aku berkata, 'Apa ini?' Kedua orang itu berkata, 'Mereka adalah orang-orang yang telah melakukan zina'." (Isi hadits tersebut kami ringkas redaksinya. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim).

Atha' al-Khurasaniy berkata, "Sesungguhnya neraka Jahanam memiliki tujuh buah pintu. Yang paling menakutkan, paling panas dan paling busuk baunya adalah pintu yang diperuntukkan bagi para pezina yang melakukan perbuatan tersebut setelah mengetahui hukumnya." (Dzamm ul-Hawa, Ibnul Jauzi).

Dengan mengetahui dampak negatif yang sangat besar ini, kita akan menyadari dan meyakini bahwa apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAW itu ternyata memang benar. Apabila seorang pemuda sudah siap untuk menikah, segerakanlah menikah. Hal ini sangat baik untuk menghindari terjadinya perbutan maksiat. Tetapi, jika belum mampu untuk menikah, orang tersebut hendaknya berpuasa. Karena, puasa itu di antaranya dapat menahan hawa nafsu.

"Wahai segenap pemuda, barang siapa yang mampu memikul beban keluarga hendaklah menikah. Sesungguhnya pernikahan itu lebih dapat meredam gejolak mata dan nafsu seksual, tetapi barang siapa belum mampu, hendaklah dia berp uasa, karena puasa itu benteng (penjagaan) baginya." (HR. Bukhari).

Wallahu a'lam.
Semoga ada hikmahnya.
Cari dan teruslah mencari cinta Ilahi.
Salam ukhwah fillah selalu ^_^

Sumber: ratih1727.multiply.com
Baca Selengkapnya